_2013-03-18+14-13-20_NapoleonHill.jpg)
1. Mengambil Keputusan Untuk Sukses dan Miliki Tujuan Spesifik
“Apa tepatnya tujuan hidup Anda
dan apa rencana-rencana yang Anda miliki untuk meraih tujuan tersebut?”
Kebanyakan jawaban akan seperti ini, “Saya ingin hidup dengan baik dan meraih
sukses sesuai dengan kemampuan saya.”
Adakah hal yang salah dengan
jawaban tersebut? Tidak.
Tetapi menurut Napoleon Hill (1883-1970)—Bapak
Motivasi Dunia dan seorang penulis sukses—orang dengan jawaban demikian hanya
akan mendapat “sisa-sisa” dari apa yang telah ditinggalkan oleh mereka yang
sungguh-sungguh berhasil, yaitu mereka yang memiliki tujuan spesifik dan
memiliki rencana untuk meraih tujuan tersebut.
Napoleon Hill lalu mengisahkan
seorang sahabatnya yang bernama Stuart Hill. Stuart adalah seorang kontributor
artikel untuk majalah yang diedit Hill. Penghasilannya pas-pasan. Tetapi
kemudian terinspirasi oleh seseorang penemu yang ia tulis.
Stuart kemudian berhenti jadi
wartawan dan sekolah lagi untuk jadi pengacara paten. Keinginannya tak hanya
mau menjadi pengacara paten biasa-biasa saja, tetapi pengacara paten yang top
di Amerika Serikat. Karena mengejar cita-citanya dengan penuh semangat, ia bisa
menyelesaikan kuliahnya dalam waktu singkat.
Saat mulai praktik, dia mencari
kasus-kasus yang paling sulit. Cara ini rupanya menempatkannya menjadi
pengacara dengan reputasi baik. Segera namanya pun menyebar ke seluruh negeri.
Pada tahap berikutnya ia mendapatkan banyak permintaan untuk menjadi
pengacaranya. Dan meskipun tarifnya selangit, Stuart lebih banyak menolak klien
dibanding menerima klien karena begitu banyaknya permintaan.
Menurut Hill, manusia
yang bertindak dengan tujuan dan rencana mengundang banyak kesempatan.
“Bagaimana hidup dapat memberikan sesuatu untuk diri Anda kalau Anda tidak tahu
apa yang Anda inginkan untuk diri sendiri? Hanya dengan memiliki
tujuan dan rencana yang spesifik maka Anda mampu mengatasi
berbagai kesulitan yang menghalangi jalan Anda,” katanya.
Kalau Anda ingin meraih sukses,
hari ini juga tetapkan tujuan yang spesifik! Tuliskan tujuan tersebut. Hafalkan
di dalam ingatan. Ambillah keputusan spesifik tentang apa rencana-rencana Anda
untuk meraihnya. Kemudian mulailah segera menerapkan rencana tersebut ke dalam
tindakan.
Masa depan Anda diciptakan oleh
diri Anda sendiri. Ambillah keputusan sekarang juga untuk membentuk masa depan
Anda.
2. Sukses dengan “Menguasai” Hidup Sendiri
Fakta yang paling menakjubkan tentang manusia adalah: Tuhan
Sang Maha pencipta memberi kita hak prerogatif atas satu hal yang lengkap dan
tidak dapat berubah, dan hanya atas satu hal, yaitu pikiran kita sendiri.
Pasti
sudah menjadi kehendak Yang Di Atas untuk memberi kita semangat agar kita
menjalankan pikiran-pikiran kita sendiri, tanpa campur tangan orang lain. Kalau
tidak demikian maka kita tidak akan memiliki kekuasaan spesifik yang jelas atas
pikiran-pikiran kita sendiri.
“Hanya dengan menggunakan hak prerogatif yang menakjubkan
atas pikiran dan hidup Anda sendiri, maka Anda bisa mengangkat diri Anda
sendiri untuk meraih keberhasilan besar di bidang usaha apa pun yang Anda
pilih,” kata penulis terkenal itu. Memanfaatkan hak prerogatif ini merupakan
satu-satunya pendekatan yang jenius.
Secara sederhana, menurutnya, manusia
jenius adalah manusia yang sepenuhnya memiliki pikiran sendiri dan dia
mengarahkan pikirannya untuk meraih tujuan-tujuan yang telah dia pilih sendiri,
dia tidak membiarkan pengaruh-pengaruh luar mematahkan semangat atau
menyesatkan dirinya. Kita semua mengetahui cerita tentang orang-orang terkenal
yang mengubah kesulitan menjadi hal bermanfaat, atau orang-orang yang menjadi
kaya karena mengalahkan hambatan-hambatan besar. Mereka menjadi manusia yang
sangat berhasil karena bisa mengubah "batu penghalang" menjadi
"batu loncatan". Mereka yang menjadi manusia jenius di bidang
industri adalah Henry Ford, Thomas Alva Edison, Andrew Carnegie, serta Wilbur
dan Orville Wright.
3. Memotivasi diri untuk meraih sukses
"Apakah Albert Einstein seseorang yang sukses?"
tanya Napoleon Hill. Banyak yang menganggap sukses itu berarti seseorang
mencapai kehidupan yang kaya raya. Tetapi dalam kasus Einstein, dia bukanlah
orang yang kaya raya. Tetapi sulit mencari orang yang menyangkal kalau dia
orang sukses. Einstein berhasil meraih posisi puncak dalam profesinya dan
berhasil mengubah dunia karena dia mengetahui apa yang ingin dia kerjakan dan
memiliki rencana untuk memenuhi keinginannya. Setiap orang bisa meraih apa yang diinginkannya asal tahu
caranya.
Menurut Hill, ada cara melakukannya dengan mengikuti cara Einstein
meraih keinginannya. “Kembangkanlah semangat membara untuk mewujudkan keinginan
Anda agar Anda dapat menetapkan dan meraih tujuan yang lebih besar untuk diri Anda
sendiri. Ingatlah, ada perbedaan besar antara angan-angan belaka dibandingkan
dengan keputusan yang spesifik tentang apa yang akan Anda miliki,” kata Hill.
Menurut Hill, sekali seseorang memiliki semangat yang
menyala-nyala, maka ia akan mengembangkan tujuan yang intensif sehingga mampu
menyikat habis semua aral rintangan yang sebelumnya tampak tidak mungkin
dilalui.
Tetapkanlah tujuan hidup yang spesifik untuk diri Anda
sendiri. Tulis tujuan itu. Hafalkan di luar kepala. Arahkan semua pikiran dan
semua energi Anda untuk mengubah tujuan menjadi kenyataan. Dari pada
membiarkan kegagalan-kegagalan sementara menghalangi jalan Anda, carilah
benih-benih manfaat yang sama nilainya sehingga Anda bisa kembali ke jalur
semula untuk meraih tujuan Anda,” papar Hill.
4. Kenapa Sejumlah Orang Berhasil Sedangkan yang Lainnya Gagal?
“Pertanyaan ini telah membingungkan banyak orang sejak pertama kali manusia tidak puas tinggal di gua dan berusaha menemukan beberapa cara untuk menikmati hidup yang lebih menyenangkan,” kata Napoleon Hill. Mungkin perbandingan karakteristik antara manusia sukses atau gagal berikut ini akan membantu menemukan jawabannya.
Manusia sukses secara spesifik mengetahui apa yang dia omongkan, memiliki rencana untuk meraihnya, percaya pada kemampuan diri untuk mewujudkannya, dan menggunakan sebagian besar waktunya untuk memperoleh keberhasilan tersebut. Sedangkan manusia gagal tidak memiliki rencana hidup yang spesifik, percaya bahwa semua keberhasilam itu merupakan hasil “keberuntungan” dan memiliki inisiatif hanya kalau dia dipaksa untuk melakukannya.
Manusia sukses itu seperti salesman ahli yang telah belajar seni mempengaruhi orang lain untuk bekerja sama dengan sukarela guna mewujudkan rencana-rencana atau tujuan-tujuannya. Sedangkan manusia gagal mencari-cari kesalahan orang. Dia keluar untuk menunjukkan pada orang lain tentang sikapnya yang suka mengkritik.
Manusia sukses itu berpikir sebelum berbicara. Dia memperhitungkan akibat dari perkataannya dengan hati-hati. Dan dia menekankan apa yang dia sukai tentang orang lain, meminimalkan apa yang tidak dia sukai tentang orang lain atau tidak menyebutkannya sama sekali. Manusia yang tidak berhasil melakukan hal yang sebaliknya. Dia berbicara dahulu, berpikir kemudian. Kata-katanya hanya membawa penyesalan dan memalukan dan membuat dia kehilangan keuntungan-keuntungan yang tidak dapat kembali lagi karena telah menimbulkan sakit hati.
Manusia sukses itu mengekspresikan pendapatnya hanya setelah dia memiliki informasi yang cukup sehingga dengan cerdik dia dapat mengungkapkannya. Manusia gagal mengekspresikan pendapatnya tentang subjek yang sedikit atau sama sekali tidak dia ketahui.
Manusia sukses menjaga agar pikiran dan pandangannya tetap positif setiap saat. Dia memahami bahwa ruang yang dia tempati di dunia ini dan keberhasilan yang dia nikmati tergantung pada kualitas dan kuantitas pelayanan yang dia berikan. Dia terbiasa menyumbangkan lebih banyak pelayanan dibandingkan apa yang dia janjikan. Manusia yang gagal hanya “menerima tanpa memberi” atau memakan apa yang bukan merupakan hasil kerjanya. Dan kalau dia gagal untuk mendapatkannya, maka dia menyalahkan kerakusan orang lain.
“Pertanyaan ini telah membingungkan banyak orang sejak pertama kali manusia tidak puas tinggal di gua dan berusaha menemukan beberapa cara untuk menikmati hidup yang lebih menyenangkan,” kata Napoleon Hill. Mungkin perbandingan karakteristik antara manusia sukses atau gagal berikut ini akan membantu menemukan jawabannya.
Manusia sukses secara spesifik mengetahui apa yang dia omongkan, memiliki rencana untuk meraihnya, percaya pada kemampuan diri untuk mewujudkannya, dan menggunakan sebagian besar waktunya untuk memperoleh keberhasilan tersebut. Sedangkan manusia gagal tidak memiliki rencana hidup yang spesifik, percaya bahwa semua keberhasilam itu merupakan hasil “keberuntungan” dan memiliki inisiatif hanya kalau dia dipaksa untuk melakukannya.
Manusia sukses itu seperti salesman ahli yang telah belajar seni mempengaruhi orang lain untuk bekerja sama dengan sukarela guna mewujudkan rencana-rencana atau tujuan-tujuannya. Sedangkan manusia gagal mencari-cari kesalahan orang. Dia keluar untuk menunjukkan pada orang lain tentang sikapnya yang suka mengkritik.
Manusia sukses itu berpikir sebelum berbicara. Dia memperhitungkan akibat dari perkataannya dengan hati-hati. Dan dia menekankan apa yang dia sukai tentang orang lain, meminimalkan apa yang tidak dia sukai tentang orang lain atau tidak menyebutkannya sama sekali. Manusia yang tidak berhasil melakukan hal yang sebaliknya. Dia berbicara dahulu, berpikir kemudian. Kata-katanya hanya membawa penyesalan dan memalukan dan membuat dia kehilangan keuntungan-keuntungan yang tidak dapat kembali lagi karena telah menimbulkan sakit hati.
Manusia sukses itu mengekspresikan pendapatnya hanya setelah dia memiliki informasi yang cukup sehingga dengan cerdik dia dapat mengungkapkannya. Manusia gagal mengekspresikan pendapatnya tentang subjek yang sedikit atau sama sekali tidak dia ketahui.
Manusia sukses menjaga agar pikiran dan pandangannya tetap positif setiap saat. Dia memahami bahwa ruang yang dia tempati di dunia ini dan keberhasilan yang dia nikmati tergantung pada kualitas dan kuantitas pelayanan yang dia berikan. Dia terbiasa menyumbangkan lebih banyak pelayanan dibandingkan apa yang dia janjikan. Manusia yang gagal hanya “menerima tanpa memberi” atau memakan apa yang bukan merupakan hasil kerjanya. Dan kalau dia gagal untuk mendapatkannya, maka dia menyalahkan kerakusan orang lain.
Sumber: 'A Year of Growing Rich' by Napoleon Hill